OSkQy5jRfLoe3ZSC_s3lf4N5a18 zetyo's blog: Sentuhan Tradisi Keraton

13 Agustus 2010

Sentuhan Tradisi Keraton


Perancang Biyan Wanaatmadja berhasil membawa penonton ke kawasan candi di Jawa Tengah di alam terbuka. Apalagi ketika mereka menatap ceiling ruangan yang mulai berpendar seperti munculnya kerlip bintang-bintang di langit malam. Model Paula Verhoeven muncul dari balik panggung mengenakan gaun putih dan pergelaran busana tahunan Biyan pun dimulai

Setelah 27 tahun malang melintang di dunia mode, Biyan tampaknya ingin menunjukkan koleksi dengan sentuhan melankolis dan sentimental. Judulnya saja As Time Goes By. Ini koleksi yang bercerita tentang tradisi dan warisan budaya. Inspirasinya berasal dari busana kerajaan dan seragam adat keraton di Indonesia yang mencerminkan keunikan karakter dan kekuatan watak kebudayaan itu sendiri. "Saya berusaha memberikan kreasi yang amazingly old, but surprisingly modern," kata Biyan.

Kreasi itu ia tafsirkan dalam warna-warna alam yang lembut, dari putih, gading, karamel, khaki, hingga hijau, emas, biru, hitam dan berakhir di warna merah. Busana tradisional lelaki Jawa, beskap, dimodifikasi menjadi aneka jaket yang menonjolkan bahu.

Ada pula blus berbahan batik sutra dan rok yang diikat. Kemben, yang sering dipakai perempuan Jawa pada masa lampau, ditampilkan menjadi gaun berbahan jacquard. Corak bunga, motif songket, dan motif khas keraton melebur dalam detail bertaburan Swarovski. Biyan banyak menggunakan potongan dengan teknik ikat dan bertumpuk-tumpuk.

Para model memperagakan total 100 busana koleksi Biyan dengan sepatu Mary-Jane bersol wedge dengan detail keemasan yang berbeda. Maria Agnes, Fahrani, dan Dominique boleh diacungi jempol karena dapat tetap berjalan anggun dengan sepatu hak ekstra tinggi. Namun model-model lainnya terlihat khawatir ketika berjalan, bahkan beberapa di antaranya nyaris terpeleset.

Aksesori yang menjadi identitas koleksi Biyan dalam tujuh tahun terakhir kembali dieksplorasi dengan penggunaan kalung dari ornamen batu yang besar. Ornamen kristal, perunggu, batu, kuningan, perak, dan mutiara dari Swarovski Elements cukup dominan pada busana rancangan Biyan kali ini. Pada beberapa busana, Biyan menempatkan kristal ini di titik-titik yang menarik, seperti di kerah leher, torso, pergelangan tangan, dan sebagai aksen di pinggiran gaun.

Tapi pada banyak rancangan lainnya, kristal ini menjadi ornamen utama di keseluruhan rancangan. Seperti tunik, jaket, dan legging yang bertabur penuh dengan kristal yang berkilau. Sebelum pergelaran dimulai, Biyan sempat bertutur, "Sparkling is an everlasting and timeless inspirations."

Mungkin dalam pikiran kreatif Biyan, kilau kristal ini mampu mencerminkan keanggunan dan tradisi kebesaran keraton. Seperti kata Biyan sebelum pergelaran, "Sekaya apa pun ornamentasinya, serumit dan sesulit apa pun siluetnya, acuannya tetap pada daya pakai kreasi saya sendiri."

Biyan lahir di Surabaya 56 tahun yang lalu. Selepas SMA, bungsu dari empat bersaudara ini melanjutkan kuliah di Mueller & Sohn Privatmodeschule di Duesseldorf, Jerman, dan di London College at Fashion, Inggris. Ia sempat bekerja di rumah mode Erico Covery, Florence, Italia, sebelum membuka labelnya sendiri di Indonesia. Sebagai perancang, namanya juga dikenal di Singapura, Malaysia, Hong Kong, dan Taiwan.

AMANDRA MUSTIKA MEGARANI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar